BABYLON (2022) – MANIS DAN PAHITNYA DI BALIK LAYAR INDUSTRI FILM TAHUN 1920-AN

Sutradara Damien Chazelle memiliki track record yang luar biasa di Hollywood. Beragam film produksi Chazelle seperti Whiplash, La La Land dan First Man mendapatkan sambutan hangat baik dari kritikus maupun penonton awam. Film-film tersebut juga berhasil menyabet beberapa penghargaan bergengsi seperti Academy Awards/Oscars, BAFTA, hingga David Lean Award for Direction untuk Damian Chazelle sendiri.

Menggaet komposer Justin Hurwitz yang baru-baru ini berhasil menyabet penghargaan Best Original Score – Motion Picture (Golden Globes 2023) untuk film Babylon, dan Linus Sandgren yang juga kerap menjadi kolaborator Chazelle untuk mengepalai bagian sinematografi.

SINOPSIS

Berlatar tahun 1920-an yang menderu-deru, Hollywood sedang memasuki masa transisi dengan diperkenalkannya suara, juga disebut “talkie”. Namun, bintang film bisu Jack Conrad (Brad Pitt) terus menikmati hidupnya yang berlebihan seperti halnya peristiwa lainnya.

Dia berusaha untuk terus mencapai puncak kariernya, sambil selalu mengejar idenya tentang wanita yang sempurna. Sementara itu, Babylon juga mengambil perspektif mereka yang bermimpi menjadi bagian dari Hollywood.

Nellie LaRoy (Margot Robbie) adalah aktor bercita-cita tinggi yang bersedia melakukan apa pun untuk menunjukkan kepada dunia kemampuannya. Sementara itu, Manny Torres (Diego Calva) bekerja sebagai asisten tipe Hollywood yang kuat, tetapi hatinya ingin bekerja di film untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

REVIEW

Secara garis besar film ini dihidupkan dengan perjalanan ketiga karakter utama yaitu Jack Conrad, Nellie LaRoy dan Manny Torres, dengan karakter pendukung Lady Fay Zhu (Li Jun Li) dan Sidney Palmer (Jovan Adepo)

Namun alur cerita terasa incoherent dan ‘sibuk sendiri’ tanpa memikirkan penonton yang mungkin merasa bingung dengan perubahan demi perubahan dari setiap segmen yang disajikan. Belum lagi penyensoran yang tergolong brutal, cukup mengganggu kenyamanan penonton yang mencoba untuk turut tenggelam dalam nuansa film yang ditonton.

Kerjasama departemen teknis produksi layak diberikan acungan jempol dalam mengeksekusi berbagai sekuens di film ini. Set design, kostum, make up, tata musik, tata cahaya dan sinematografi bekerja dengan baik, bahkan nyaris sempurna memberikan yang terbaik membuat film periode tahun 1920-an tampak berkilau dan glamor. Hanya satu teknis yang kurang kami nikmati kinerjannya, yaitu departemen penyuntingan. Beberapa kali transisi adegannya terasa kasar, kurang smooth. Utamanya dalam beberapa adegan statis bertempo pelan.

Babylon merupakan film yang cukup epik dan glamor, didukung jajaran cast dengan kualitas akting yang ngga perlu diragukan. Momen-momen di dalam filmnya cukup beragam dari yang seru, lucu, absurd hingga mencekam!

Sebuah karya mengenai manis dan pahitnya di balik layar industri film, yang dibuat untuk mengapresiasi dan kecintaan kepada sinema dari sutradara Damien Chazelle (La La Land; Whiplash). FYI, durasi filmnya 3 jam namun buat sebagian orang film ini akan sangat nyaman untuk dinikmati.

Damien Chazelle memberikan homage atau penghormatan tertinggi bagi para pekerja industri film di Babylon, karakter-karakternya walaupun tidak secara gamblang disebutkan tetapi pada kenyataannya memang secara garis beras mengalami jatuh bangun dan terjadi secara nyata dalam menghadapi kerasnya kehidupan di Hollywood.

Babylon tayang di bioskop mulai 3 Februari 2023.

Share