ASSALAMUALAIKUM BAITULLAH (2025) – DRAMA TRAGEDI PENUH HARU BIRU MENGHANGATKAN HATI

Dalam sejarahnya film Indonesia memiliki sebuah genre yang cukup sering berbicara dalam raihan jumlah penonton, yakni genre drama reliji. Film-film seperti Ayat-Ayat Cinta, Surga Yang Tak Dirindukan, Sang Pencerah, Negeri 5 Menara atau 2 judul laris yang paling baru, Air Mata di Ujung Sajadah dan 172  Days.

Setelah sukses meraup lebih dari 3 juta penonton lewat 172 Days, sutradara Hadrah Daeng Ratu direkrut rumah produksi Visual Media Studios (VMS) untuk membesut film Assalamualaikum Baitullah yang diadaptasi dari buku karya Asma Nadia. Dibintangi Michelle Ziudith, Arbani Yasiz, Tissa Biani, Miqdad Addausy, Ummy Quary, Sadana Agung dan Maudy Koesnaedi, film Assalamualaikum Baitullah tayang mulai 17 Juli di bioskop.

SINOPSIS

Amira (Michelle Ziudith) memutuskan untuk bunuh diri karena kehidupan yang ia jalani telah mengecewakannya. Namun, ia diselamatkan oleh seorang pria misterius yang ia percaya merupakan kesempatan kedua dari Allah untuk melanjutkan hidup. Demi mengobati kecewanya, bersama Ica (Ummy Quary) sahabatnya, Amira mengikuti kajian, mendalami agama dan bertemu dengan sahabat-sahabat baru, Amel (Tissa Biani) dan Barra (Arbani Yasiz)

Amira menemukan kembali cinta dalam sosok Barra, namun tanpa Amira ketahui, Barra dan Amel sudah dijodohkan oleh orangtuanya. Ini bukanlah cobaan berat bagi Amira. Ia sudah melalui segalanya dan ikhlas, yang penting baginya adalah hidup damai di jalan Allah dan mewujudkan mimpinya untuk mengucap Assalamualaikum di Baitullah.

REVIEW

Rumah produksi Visual Media Studio memang belum lama terjun ke industri film, namun berkat film debutnya Pemandi Jenazah serta keterlibatannya dalam 1 Kakak 7 Ponakan, VMS cukup dinanti kiprahnya dalam memproduksi film-film baru yang berkualitas. Salah satunya adalah Assalamualaikum Baitullah karya Hadrah Daeng Ratu.

Diadaptasi dari buku berjudul sama karya Asma Nadia, film Assalamualaikum Baitullah bercerita dengan cepat di awal film dengan berbagai tragedi yang dialami Amira hingga memutuskan untuk bunuh diri. Karakter Amira diposisikan mengalami situasi di ujung tanduk tepat di akhir babak pertama film. Ini adalah sebuah formula penulisan naskah yang cukup unik dan berbeda, sekaligus membuat kami khawatir akan seperti apa babak kedua dan ketiganya.

Untungnya naskah yang ditulis oleh trio M. Irfan Ramly (Cahaya Dari Timur, Love For Sale), Effrina Hayyu Sisfayeralda (series My Nerd Girl) dan Titien Wattimena (Air Mata di Ujung Sajadah, Aruna dan Lidahnya) masih memiliki senjata terakhir yaitu perjalanan penebusan dosa Amira dan cinta segitiganya yang cukup greget.

Perjalanan Amira setelah ‘diselamatkan’ jadi bagian paling lemah di dalam film karena digambarkan dengan waktu yang singkat dan terkesan mudah. Padahal di awal film kita melihat Amira tenggelam dalam tragedi yang bertubi-tubi. Begitu berat masalah yang dialami Amira bahkan sampai membuatnya ingin bunuh diri. Sayangnya proses menata hidupnya divisualkan terlalu ringkas.

Beruntungnya ada premis cinta segitiga yang cukup manis antara Amira, Barra dan Amel yang dibuat tanpa adanya pihak yang menjadi antagonis. Kalau mau ada yang disalahkan, pihak yang membuat masalah cinta ini berlarut-larut mungkin adalah Barra yang terkesan plin-plan, padahal ia dalam proses mendoakan siapa yang sungguh-sungguh jadi jodohnya.

Michelle Ziudith (Mekah I’m Coming, Ipar Adalah Maut) tampil luar biasa sebagai peran utama dalam film ini. Amira di tangannya jadi karakter yang kaya ekspresi. Derita, bahagia, kebingungan, hampa, sakit, semua dilewati Amira dan ditampilkan dengan hebat oleh Michelle. Kehebatan akting juga ditunjukkan oleh Tissa Biani (Agak Laen, KKN dI Desa Penari) dalam keterbatasan durasi tampil namun karakter Amel mampu mencuri hati penonton untuk peduli pada nasibnya.

Sementara Arbani Yasiz (Ancika, Rompis) terjebak dalam karakternya yang cool dan alim. Tak jauh beda dengan peran-perannya di film dan series reliji yang pernah ia perankan. Justru sang ibu yang diperankan Maudy Koesnaedi (Ave Maryam, Si Doel The Movie) yang tampil simpatik dan mengesankan walau hanya tampil dalam beberapa adegan saja.

Satu yang menjadi catatan baik dalam film ini adalah saat syuting di tanah suci. Film ini mampu memberikan magis saat para karakter yang mengunjungi tanah suci. Hangatnya hati dan rasa merinding seakan ikut berkunjung ke Baitullah dirasakan oleh penulis yang menonton dengan kualitas visual yang baik, walau kami yakin proses syutingnya penuh dengan keterbatasan.

KESIMPULAN AKHIR

Niat Assalamualaikum Baitullah untuk berusaha menampilkan film reliji dengan pendekatan drama tragedi dan roman yang seimbang layak diacungi jempol. Keunikan formula penceritaan, kualitas akting dan tata produksi yang baik pun menjadikan film ini layak ditonton di layar bioskop. Para ibu diharapkan akan tersentuh oleh tragedi kehidupan Amira, lalu anak muda bisa terlena oleh kisah cintanya. Namun, yang utama adalah kerinduan masyarakat untuk mengunjungi Baitullah dapat sedikit diobati dengan menonton film Assalamualaikum Baitullah.

Assalamualaikum Baitullah tayang di bioskop mulai Kamis, 17 Juli 2025.

Share