AUTOBIOGRAPHY (2022) – SEBUAH MINIATUR LINGKARAN KEKERASAN

Kekuasaan yang semena-mena. Penggusuran paksa. Manipulasi kebutuhan rakyat kecil. Pembungkaman dengan kekerasan. Disegani banyak seragam. Hal-hal yang seperti familiar bagi banyak orang yang tinggal di sebuah negeri. Film Autobiography – film panjang pertama arahan Makbul Mubarak – membicarakan semua itu dengan mengerikan, tapi dengan skala yang lebih kecil. Sebuah miniatur dalam bentuk kabupaten.

Seorang purnawirawan bernama Purnawinata (Arswendy Bening Swara) mengunjungi kediamannya di sebuah desa yang nampak tenang dan hijau di kaki gunung. Di sebuah rumah mewah itu – jika dibandingkan dengan rumah-rumah warga sekitar – ia ditemani anak pembantunya, Rakib (Kevin Ardilova) yang sudah belasan tahun ia tidak lihat. Sejak kedatangannya kita sudah menemukan hal yang menakutkan dari Jenderal ini. Dimulai dari tatapannya yang diam-diam mengancam jika keinginannya salah dimengerti. Sesederhana teh dibandingkan dengan kopi.

Di hari berikutnya Pak Jenderal mulai melancarkan aksi kampanye dengan menanam baliho di sepanjang jalan desa & menyampaikan janjinya di depan rakyat. Trik manipulasinya semakin terlihat disini dengan dalih pembangunan. Layaknya berbagai pembangunan yang kita lihat dan membawa konflik agraria.

Alur kemudian bergulir dari desa yang hijau ke area yang mulai cokelat lantaran sebuah insiden yang membuat Pak Jenderal murka. Rakib pun perlahan termakan manipulasi Pak Jendral. Seperti mereka yang menjadi kaki tangan, Rakib pun seolah berusaha mengambil hatinya. Tapi setelah Rakib menginjakkan area merah, ia mulai mempertanyakan tindakannya. Tapi semuanya nampak terlambat. Jika kamu pikir pacarmu sangat pintar dalam memanfaatkan situasi, tunggu sampai kamu bertemu Bapak Purnawirawan Purnawinata. Manipulasinya tidak akan membuatmu merasa bodoh, tapi ketakutan sampai ke sumsum tulang.

Penulis salut pada bangunan cerita yang amat kokoh dari awal hingga akhir. Rapi dan detail, bahkan sampai hal-hal kecil dari teh sampai dengan pecahan botol. Rasanya tidak ada yang percuma dari film ini. Semuanya dimanfaatkan dengan sangat baik. Ritme thriller-nya pun dibuat merangkak perlahan dan itu menimbulkan kengerian yang luar biasa. Barangkali lantaran cerita film ini adalah sebuah miniatur dari apa yang pernah disaksikan, dibaca maupun didengar, efek kekerasan lahir batin yang ditimbulkan si tokoh serasa nyata. Apalagi ketika ia bercerita masa tugasnya di sebuah wilayah yang – kalau baca sejarah wilayah tersebut di awal sembilan puluhan – terbayang insiden berdarah yang terjadi disana. Ditambah dengan akting Arswendy Bening Swara yang sangat piawai menjadi jenderal berdarah dingin. Ia tidak perlu memegang parang, kapak atau gergaji mesin untuk menteror.

Selain itu, sinematografi dan musik latar dalam Autobiography memberikan iringan yang sangat artistik dengan permainan warna yang silih berganti dan nada-nada yang mencekam seiring merangkaknya bangunan teror.

Barangkali banyak yang bertanya-tanya, kok Makbul berani ya bikin film ini? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu justru menegaskan sebuah lingkaran yang masih berputar dalam generasi kekuasaan.

Autobiography akan tayang di bioskop mulai tanggal 19 Januari 2023.

Share