SATRIA DEWA: GATOTKACA (2022) – PENANTIAN EMPAT TAHUN TERBAYAR LUNAS

Sejak pertama kali diumumkan di awal 2018 lalu, film semesta adiwira terbaru bertajuk Satria Dewa akhirnya sukses menayangkan film perdananya ke khalayak publik di musim liburan sekolah tahun ini. Mengangkat kisah para karakter mitologi wayang dari Babad Tanah Jawa, Satria Dewa: Gatotkaca menjadi karya debutan dari misi ambisius rumah produksi Satria Dewa studio yang rencananya akan membuat sejumlah film lanjutan.

Disutradarai oleh sutradara kawakan Hanung Bramantyo, Satria Dewa: Gatotkaca yang dibintangi oleh Rizky Nazar, Yasmin Napper, Omar Daniel, Zsa Zsa Utari, Ali Fikry, Yayan Ruhian, Sigi Wimala, Cecep Arif Rahman dan Edward Akbar ini akan tayang di bioskop mulai 9 Juni 2022. 

Sinopsis

Hidup hanya berdua dengan ibunya Arimbi (Sigi Wimala) yang perlahan kehilangan kewarasannya, Yuda (Rizky Nazar) dihadapkan pada sebuah masalah pelik saat sahabatnya mati terbunuh oleh seseorang yang memiliki kemampuan mistis. Sempat memergoki dan melawan pelaku, Yuda akhirnya mengetahui bahwa diam-diam ada peperangan yang terjadi antara manusia dengan gen kurawa dan pandawa. Sebuah peperangan yang mengancam kedamaian dunia.

Yuda pun menyadari bahwa dirinya juga terlibat setelah kenangan masa kecilnya sering ia alami di dalam mimpi. Kenangan bahwa ia dan ibunya diburu oleh sosok misterius yang mengincar pusaka milik ayahnya disembunyikan oleh Arimbi tanpa siapapun ketahui. Berkat bantuan Agni (Yasmin Napper), Danan Jaya (Omar Daniel) dan si anak pintar Gege (Ali Fikry), Yuda pun menemukan rahasia dibalik hilangnya kewarasan sang ibu dan apa fungsi dari pusaka milik keluarganya. 

Ulasan

Memperkenalkan sosok karakter jagoan atau adiwira baru yang memiliki latar belakang mitologi wayang agaknya merupakan sebuah pertaruhan besar bagi Hanung sang sutradara beserta jajaran produser dalam Satria Dewa Studio ini. Tantangan terbesar ada pada kemasan film yang harus dibuat semenarik mungkin serta terlihat kekinian untuk menarik minat anak-anak sampai usia remaja, tanpa melupakan segmen dewasa yang sudah samar-samar mengenal mitologi wayang ini.

Dari sisi kemasan, film Satria Dewa: Gatotkaca terbilang sukses dan jitu dengan gaya pop yang diusungnya. Ringan, atraktif dan bertempo cepat, agaknya membuat plot film berjalan enerjik dan prima. Sayangnya dalam usahanya memperkenalkan karakter sambil menjelaskan latar belakang mitologinya film terasa kurang mampu menjaga intensitasnya. 

Naskah yang ditulis Rahabi Mandra (Guru-Guru Gokil, Kadet 1947) berduet dengan Hanung Bramantyo (Hijab, Kartini) kelewat cerewet memaparkan mitologi yang coba dibagikan sejelas-jelasnya kepada penonton. Padahal sebenarnya konsep dasar yang mau diceritakan cukup baik berkaitan dengan latar belakang Perang Kurukshetra yang dimenangkan oleh lima putra pandawa dengan mengalahkan para Kurawa, dan kini para manusia yang memiliki gen pandawa dan kurawa saling bertempur dan memperebutkan berbagai pusaka demi membangkitkan Ashwatama, salah satu Kurawa yang tengah dikutuk dan dibelenggu karena kejahatannya.

Untungnya kerumitan dalam menceritakan background mitologi itu tidak terlalu mengurangi keasyikan film ini dalam menggulirkan plotnya, yaitu perjalanan Yuda menyadari siapa dirinya dan memperkenalkan penonton pada sosok Gatotkaca, sekutu dan musuh-musuhnya. Pesan soal stereotyping jadi sebuah poin yang menarik. Di mana yang terlihat baik bisa jadi jahat, begitu pula sebaiknya, yang terlihat jahat bisa saja sebenarnya baik.

Chemistry antar karakter jadi salah satu keunggulan di film ini. Hubungan Yuda dan Agni serta interaksi keduanya dengan Danan Jaya dan Gege berjalan mulus dan menyenangkan. Gege yang diperankan aktor cilik Ali Fikry (Trilogi Kuntilanak) menjari pencair suasana yang konyol namun efektif. Love interest yang berusaha dibangun antara Yuda dan Agni juga cukup menggemaskan dan potensial membuat penonton mendukung mereka.

Rizky Nazar (Mekah I’m Coming) bermain baik di film ini, pun begitu dengan Yasmin Napper (Imperfect). Adegan aksi berlari dan berkelahi dilakukan dengan baik dan believable. Tetapi Omar Daniel (Serial Anak Jalanan) jadi yang terbaik, aktor yang lekat dengan anggapan seorang aktor sinetron ini di luar dugaan mampu menjadi pencuri perhatian dengan karakter Danan Jaya, si jago panah yang cool.

Sisanya Edward Akbar (Foxtrot Six, Move On Aja) dan Sigi Wimala (Rumah Dara, Affair) cukup menarik perhatian, bahkan Sigi di luar dugaan sangat fit dalam adegan laga. Sementara, Cecep Arif Rahman (John Wick 3: Parabellum, Gundala) dan Yayan Ruhian (The Raid, John Wick 3: Parabellum) bermain sesuai fitrahnya di adegan tarung yang mendebarkan. Penampilan paling mengecewakan jatuh pada Zsa Zsa Utari (Imperfect, Serial Wedding Agreement) yang tidak mampu mengeksplorasi karakter Queen dari sekadar damsel in distress yang bawel, tukang ngeluh dan suka berteriak. 

Kesimpulan AkhirSetelah Gundala yang cukup berhasil meraih 1,6 juta lebih penonton, kehadiran Satria Dewa: Gatotkaca patut disambut hangat dalam usahanya menghadirkan film superhero atau adiwira dengan semesta yang diangkat dari mitologi dan tradisi wayang. Menyenangkan, seru dan menjanjikan kelanjutan yang makin menarik, rasa-rasanya tidak ada alasan lagi untuk melewatkan film Satria Dewa: Gatotkaca yang kami rekomendasikan untuk ditonton oleh seluruh anggota keluarga di bioskop!

Share