BROKER (2022) – MEMAKNAI APA ARTI KELUARGA DAN KEHIDUPAN

“Baby box”, yang dapat diartikan sebagai kotak bayi, adalah wadah di mana orang tua dapat meninggalkan bayi mereka secara anonim. Walau konsep ini sedikit asing bagi orang Indonesia, nyatanya baby box ini sangat populer di Korea Selatan. Kore-eda yang sejak tahun 2013 tertarik untuk mengangkat cerita tentang sistem adopsi baik di Jepang maupun Korea Selatan, akhirnya dapat merealisasikan idenya dalam film Broker, film pertamanya yang digarap di Korea Selatan.

Selain Kore-eda, ensemble cast yang terdiri oleh Song Kang-Ho, Gang Dong-Won, dan IU diantaranya, juga patut untuk diacungi jempol. Bahkan Song Kang-Ho sendiri pun berhasil meraih penghargaan aktor terbaik di Cannes Film Festival ke-75 yang diadakan beberapa bulan silam.

Film ini berceritakan tentang Sang-Hyun dan Dong-Soo, secara ilegal mengambil bayi dari baby box yang terletak di sebuah gereja, lalu menjual bayi-bayi itu ke calon orang tua barunya. Menurut Sang-Hyun dan Dong-Soo, mereka adalah perantara (broker) yang berniat baik dengan tujuan yang mulia, menawarkan alternatif dari sistem adopsi konvensional yang terkenal memakan proses yang sulit dan panjang. Oleh karena itu, banyak calon orang tua yang memilih adopsi black market karena jauh lebih mudah. Sang-Hyun dan Dong-Soo melihat permasalahan ini sebagai peluang bisnis. Suatu hari, Sang-Hyun dan Dong-Soo terlibat dengan So-Young, seorang ibu yang menempatkan bayinya di baby box namun kembali untuk mengambil anaknya. Di balik itu semua, terdapat juga dua orang detektif bernama Soo-Jin dan Lee yang ingin menangkap basah Sang-Hyun dan Dong-Soo atas tindakan mereka yang termasuk kriminal.

So-Young bekerja sama dengan Sang-Hyun dan Dong-Soo untuk menjual bayinya. Dalam perjalanan mereka menemukan pembeli yang pas, mereka malah menemukan arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga bisa kita temukan di mana saja, tidak harus melulu memiliki hubungan darah.

“Kenapa aku harus lahir jika aku tidak diinginkan?” merupakan pertanyaan besar yang jelas nampak di film Broker ini. Walaupun isu yang diangkat terdengar berat dan sedikit melodramatis, namun Kore-eda berhasil menyajikannya dengan cukup hangat, humoris, dan sangat manusiawi. Selama dua jam lebih, kita diajak untuk menangis dan tertawa melihat perjalanan sekumpulan orang yang memiliki luka dalam ini berusaha memaknai keberadaannya dalam hidup. Kita juga diingatkan kembali walaupun kita pernah mengambil keputusan buruk bukan berarti kita tidak layak untuk mendapatkan pengampunan serta kesempatan kedua.

Film ini, bersama dengan Shoplifters yang dirilis di tahun 2018 kemarin, menjadi bukti nyata bahwa kepekaannya terhadap emosi dan kapasitas manusia merupakan kekuatan Kore-eda sebagai seorang sutradara, yang membuat film Broker sangat layak untuk ditonton.

Share