A Normal Woman menjadi rilisan film pertama dari Production House yang didirikan Lucky Kuswandi (Selamat Pagi, Malam (2014); Ali & Ratu Queens (2021); Dear David (2023) bersama produser Kevin Ryan dengan nama Soda Machine Film. Di film kali ini Lucky bekerjasama dengan deretan aktor berkualitas seperti Marissa Anita, Dion Wiyoko, Gisella Anastasia, Widyawati, Maya Hasan, serta Kiki Narendra dan juga ada seorang debutan bernama Mima Shafa.
Film ini lahir dari gagasan sutradara Lucky Kuswandi yang berangkat dari fenomena a woman trapped. Bersama penulis naskah Andri Cung, Lucky ingin mengangkat bagaimana norma-norma sosial yang ketinggalan zaman masih terus menjerat perempuan, bahkan di era modern.
SINOPSIS
Keluarga Gunawan terdiri dari seorang matriarki yang dominan, Liliana (Widyawati), dan putranya, Jonathan (Dion Wiyoko), yang ketika tidak menyetujui keinginan ibunya pergi ke pusat kebugaran dan melatih otot-ototnya. Anak mama ini menikah dengan Milla (Marissa Anita), yang tidak berasal dari latar belakang kaya raya dan tidak pula mendominasi suaminya dengan tipu muslihat femininnya. Bagaimana mereka bertemu? Bagaimana Milla dan Jonathan menjadi pasangan? Ibu Milla, Novi (diperankan oleh Maya Hasan), tampaknya telah bekerja keras untuk mewujudkan pernikahan ini. Namun, apa sebenarnya yang ia lakukan, dan bagaimana ia meyakinkan perempuan seperti Liliana untuk menyetujui pernikahan putranya sendiri?
REVIEW
Lucky Kuswandi dan rekan penulisnya, Andri Cung, tidak membahas hal-hal ini. Mereka menawarkan kerangka kerja yang kaku—campuran setengah matang antara klise horor tubuh dan pemberdayaan “selamat jalan, Nak”. Rumah keluarga Gunawan memang mewah, tetapi pencahayaan di dalamnya redup, dan suasananya menyesakkan dan menegangkan. Jonathan dan Milla tersenyum kepada para pengikut daring mereka selama siaran langsung, lalu, layaknya rekan kerja, duduk berdampingan dengan tenang. Dan setiap kali Liliana memasuki ruangan, Milla menjadi begitu pendiam, begitu tertekan, hingga ia seolah menyusut di bawah beban lingkungannya. Bagi Milla, rumah besar itu bagaikan sangkar emas.
Bekerja sama dengan sinematografer Batara Goempar dan desainer produksi Teddy Setiawan, Lucky merancang visual film ini untuk mencerminkan kondisi batin Milla. Lewat sebuah rumah yang didesain indah namun terasa dingin seperti penjara.
Apa yang ingin disampaikan para sineas melalui film psikologis mereka, A Normal Woman? Mengingat Liliana memperlakukan Milla seperti boneka, dan kemudian, seorang perempuan bernama Erika (Gisella Anastasia), yang tergoda oleh kekayaan, mencoba menggantikan Milla, salah satu pesan yang mungkin ingin disampaikan adalah bahwa perempuan tidak selalu membutuhkan patriarki untuk ditindas. Terkadang, mereka justru bersaing dan saling merendahkan.
Angel (Mima Shafa), putri dari Milla dan Jonathan, juga menerima komentar-komentar pedas di unggahannya yang memaksanya mempertimbangkan untuk melalukan operasi plastik sebagai pilihan untuk mempercantik diri. Apakah Lucky Kuswandi dan Andri Cung menyiratkan bahwa perempuan menghadapi tekanan terus-menerus untuk mencapai kesempurnaan fisik dengan meniru penampilan model? Novi pun memanfaatkan kecantikan Milla sebagai sarana untuk mencapai masa depan finansial yang stabil.
Namun, pesan-pesan ini tertanam dalam naskah hanya dalam bentuk poin-poin. Tidak ada perluasan, tidak ada makna yang tajam, tidak ada kedalaman. Lebih lanjut, Lukcy Kuswandi mendekati materi dengan cara yang literal. Ia menggunakan trik-trik sederhana yang mencolok dan kurang memiliki gaya visual yang khas seperti pengambilan kamera secara berputar, hingga membalikkan gambar. Akibatnya, bahkan adegan-adegan yang seharusnya mencekam terasa hambar, tanpa ada kegilaan halusinasi. Yang tersisa adalah film dengan alur cerita yang berserakan. Andri Cung dan Lucky Kuswandi, nyatanya, meninggalkan banyak elemen yang kurang matang dan terburu-buru menuju garis akhir. Meskipun Milla mendapatkan akhir bahagianya, tetapi kita sebagai penonton dibuat bingung.
Film A Normal Woman bisa kalian saksikan melalui layanan streaming Netflix mulai Kamis, 24 Juli!
