PARANOIA (2021) – PENTINGNYA RESPON KITA PADA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Menurut data yang diperoleh dari Komnas Perempuan, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 2020 adalah 299.911 kasus. Kasus yang paling menonjol adalah kasus yang berada di ranah personal, terutama hubungannya dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Jenis kekerasan yang ditemukan dalam kasus-kasus tersebut antara lain berupa kekerasan fisik, kekerasan seksual, psikis dan ekonomi. Topik ini seringkali diangkat oleh sineas Indonesia dalam karya-karya mereka. Banyak yang menggambarkan posisi perempuan sebagai korban dan menerima nasib begitu saja. Tapi ada juga yang menunjukkan kekuatan perempuan yang mampu bangkit bahkan melawan dan menggugat apa yang mereka alami

Di karya terbarunya, Miles Films mencoba hal berbeda dengan mengangkat isu tersebut ke dalam sebuah film thriller berjudul “Paranoia”. Dengan Riri Riza kembali menjadi sutradara dan salah satu penulis naskah (bersama Jujur Prananto dan Mira Lesmana), Paranoia berkisah tentang perlawanan Dina (Nirina Zubir) dengan cara melarikan diri dari kekerasan fisik dan psikis suaminya, Gion (Lukman Sardi) dengan membawa anaknya, Laura (Caitlin North-Lewis) dan sebuah barang berharga milik Gion. Namun kekerasan psikis yang dialami Dina tidak berhenti sampai disitu, tapi mengikutinya kemanapun ia pergi. Ia percaya Gion mengirim beberapa anak buahnya untuk menemukan ia dan Laura dimanapun mereka tinggal yang membuatnya selalu bersikap parno. Sampai akhirnya pada pelarian yang ke sekian kali, ia bertemu dengan orang asing bernama Raka (Nicholas Saputra), dimana Dina tetap menyimpan curiga.

Tidak semua perempuan mampu melawan apa yang mereka alami. Mereka membutuhkan orang-orang sekitar yang responsif dan ikut turun tangan membantu mereka: baik keluarga, teman, tetangga, organisasi tertentu, hingga orang-orang penegak hukum. Dengan demikian mereka bisa mengatasi masalah yang dialami. Tentu dengan tidak sendirian. Begitupun yang dialami oleh Dina yang cuma mampu terus menghindar sambil tetap berusaha terlihat tegar. Dalam kondisi tersebut, ia membutuhkan orang-orang yang tidak cuma menyampaikan keprihatinan, tapi juga menjadi benteng lalu mendorong kekerasan tersebut jatuh terguling ke dalam jurang. Lantas apakah perlu mereka melapor terlebih dahulu atau menunggu teriakan mereka terdengar? Inilah pentingnya kita menjadi lebih peka, terutama bagi orang-orang yang punya kuasa.

Sebagai sajian thriller, Paranoia cukup efektif memberikan kengerian psikologis lewat akting Nirina Zubir dan Lukman Sardi. Namun sangat disayangkan, kunci misteri film ini harusnya ada pada tokoh Raka yang bisa menjadi gong di penghujung cerita. Tapi tokoh tersebut seolah kehilangan kekuatannya seiring film berakhir.

Paranoia adalah film dengan nuansa pandemi yang sangat kental: proses produksi di masa PSBB, pemain dan kru yang sangat minim, latar cerita di masa pandemi (masker, berita, percakapan hingga para tahanan yang dibebaskan) hingga penayangan di bioskop pun masih di kondisi pandemi. Ini menunjukkan semangat sineas Indonesia yang tidak mudah padam, dimana hambatan dan batas menjadi jalan baru untuk mengeksplor kreatifitas.

Film PARANOIA tayang di bioskop Indonesia mulai 11 November 2021!

Share