NO TIME TO DIE (2021) – DI BALIK JAMES BOND ADA PEREMPUAN-PEREMPUAN HEBAT

Ada masa-masa dalam film James Bond dimana para tokoh perempuan hanya ditampilkan sebagai hiasan atau pemanis aksi sang Seceret Service Agent. Tapi ada juga film-film dalam seri adaptasi karya Ian Fleming ini yang menunjukkan aksi para perempuan pendamping yang tidak cuma pandai memikat, tapi juga bertarung dengan kemampuan masing-masing. Kita tentu tidak lupa Wai Lin yang diperankan oleh Michelle Yeoh dalam Tomorrow Never Dies (1997), seorang Agen dari Cina yang bekerjasama dengan Bond untuk menumpas Elliot Carver. Jinx yang diperankan oleh Halle Berry dalam Die Another Day (2002). Vesper Lynd (Eva Green) yang bikin Bond mabuk kepayang dalam Casino Royale (2006). Dan tentu saja, perempuan yang jadi bosnya James Bond, M (Judi Dench).

Dalam “No Time To Die”, film ke-25 dengan sutradara Cary Joji Fukunaga yang akhirnya tayang di bioskop tahun ini, James Bond (Daniel Craig) tidak hanya didukung oleh satu perempuan hebat, tapi lima. Mereka adalah Eve Moneypenny (Naomie Harris), Nomi (Lashana Lynch), Paloma (Ana de Armas), Madeleine Swann (Lea Seydoux) dan tentu saja Phoebe Waller-Bridge sebagai salah satu penulis skenario.

Sejak seri James Bond mengalami reboot yang diawali dengan Casino Royale, Eve Moneypenny mendapatkan porsi lebih detil dalam Skyfall. Awal bergabung dengan MI6 ia adalah orang lapangan yang kadang bertugas dengan James Bond. Lalu ia dipindahkan untuk bekerja di belakang meja dan menjadi asisten Gareth Mallory (Ralph Fiennes). Eve percaya sepenuhnya pada Bond dalam No Time To Die. Ia dan Q membantu Bond untuk mencari lebih dalam tentang Project Heracles dan keberadaannya setelah lab MI6 diserang. Heracles adalah bioweapon yang berisi nanobots seperti virus yang aktif dengan DNA tertentu. Orang dengan DNA terdeteksi dalam Heracles akan mati jika terpapar atau tersentuh. Virus dengan sentuhan ini tentu sangat sensitif jika dihubungkan dengan pandemi yang tengah terjadi.

Bond yang sedang menikmati masa-masa bersantai di Jamaika akhirnya ditemukan oleh Nomi, seorang Agen MI6 cerdik yang diangkat sebagai Agen 007 yang baru setelah James Bond tidak diketahui keberadaannya. Dari Nomi Bond mendapat informasi lebih soal Project Heracles. Dengan Nomi pula ia sempat bersaing dalam aksi dengan kepentingan masing-masing. Sampai demi kemaslahatan bersama mereka bekerjasama bahu membahu melacak keberadaan Lyutsifer Safin. Pencarian Bond membawa ia ke Kuba dan bertemu dengan Paloma, seorang Agen CIA. Mereka menghadiri sebuah pesta yang dihadiri anggota SPECTRE. Seperti biasa, dengan rencana yang tidak berjalan mulus, mereka harus bertarung demi bisa membawa Obruchev, seorang ilmuwan yang mengembangkan Project Heracles. Disini penonton dimanjakan dengan aksi memikat yang dilakukan Paloma. Sayang sekali porsinya di film ini tidak besar. Rasanya ia akan kembali di film-film Bond berikutnya untuk membantu misi sang Agen.

Di awal, Madeleine Swann sang Psikolog seperti pengganti Vesper Lynd yang tepat dan bisa mengobati patah hati yang dipendam oleh Bond. Tapi kalau sudah disimpulkan seperti itu, tentu No Time To Die tidak akan berlanjut kemana-mana. Madeleine memiliki rahasia yang membuat Bond harus menjauh darinya dan berkaitan dengan organisasi besar yang selama ini jadi dalang sekian kekacauan. Tapi kalau cinta memang tidak kemana. James Bond menemukan cinta yang “baru” dari Madeleine yang barangkali bisa membuat penonton tertentu sesenggukan di bioskop.

Dan perempuan terakhir, salah satu penulis skenario No Time To Die, Phoebe Waller-Bridge. Dalam sejarah film-film James Bond, ia adalah perempuan kedua yang mendapat kredit dalam penulisan naskah film seri ini setelah Johanna Harwood untuk film Dr. No dan From Russian With Love. Phoebe Waller-Bridge berperan untuk mengembangkan karakter-karakter dan menambahkan unsur humor dalam skenario.

Dalam artikel yang dimuat oleh Vogue UK, Cary Joji Fukunaga mengatakan ia tidak ingin film Bond ke-25 terdistraksi dengan berbagai aksi dan ledakan saja, tapi juga ingin lebih mengembangkan karakter Bond itu sendiri, dunianya dan apa yang menjadi prioritasnya di usia menjelang senja.

No Time To Die digadang-gadang menjadi film terakhir bagi Daniel Craig untuk memerankan James Bond. Ada banyak keraguan dari media di awal pengangkatannya sebagai Secret Service Agent ini. Mereka bilang, lelaki ini tidak cocok menampilkan sosok yang digambarkan oleh Ian Fleming. Memang, keputusan ini sangatlah berani. Tapi untuk memberikan penyegaran pada reboot dari film seri yang amat populer, langkah ini bukanlah pilihan, tapi keharusan. Pada akhirnya, setelah Casino Royale tayang, banyak yang mengagumi penampilan Daniel Craig yang mampu memberikan nyawa baru bagi James Bond. No Time To Die bukanlah film perpisahan bagi Daniel Craig, tapi sebuah perayaan atas keberhasilannya memberikan citra baru bagi James Bond. Ke depan, tentu akan ada keraguan-keraguan lainnya pada pemeran James Bond yang baru.

Share