“Normal itu kayak apa sih?
Ibu bikinin sarapan tiap pagi?
Cium tangan Ayah sebelum berangkat?”
Kata Galaksi (Bryan Domani) ketika mulai dekat dengan Kejora (Mawar de Jongh). Dari kalimatnya tersebut kita diberikan asal mula kenapa Galaksi lebih dekat dengan teman-teman gengnya di Ravispa dan suka menghadapi semuanya dengan cara fisik, termasuk tawuran sama geng sebelah. Tapi – seperti film sejenis lainnya – tokoh Galaksi yang urakan pada dasarnya adalah anak baik. Ia mau membela teman-teman sekolahnya – orang-orang yang berada dalam radar golongannya – yang mendapat gangguan dari luar.
Kejora yang tidak tahu-menahu pun sempat terperangkap dalam perseteruan mereka. Lantaran geng sebelah salah duga, ia lantas diteror di pinggir jalan. Untungnya ada Galaksi yang memang sedang tertarik dan mengikuti Kejora. Walau dikejar-kejar sampai sudut-sudut rumah susun, Galaksi pantang bikin Kejora disakiti.
Kejora awalnya tidak ingin meladeni Galaksi. Apalagi dia punya target dalam ekskul Paskibra yang diikutinya. Disinilah hubungan Galaksi & Kejora diuji dengan urusan kelompok masing-masing. Meskipun begitu, mereka berdua malah makin dekat. Apalagi Kejora bikin Galaksi semangat untuk berubah. Tapi perubahan ngga segampang nyalain motor gede anak geng dan baris-berbaris anak Paskib.
Perbedaan pandangan antar kelompok yang kemudian diwujudkan menjadi kecintaan berlebih pada golongan membuat diskusi dan mediasi antar kelompok menjadi sulit. Alhasil, selalu saja ada cara untuk hidup berjauhan, membatasi diri, dan hasrat untuk menyerang. Seperti halnya digambarkan dalam percekcokan antar Ravispa yang dipimpin Galaksi dengan geng Ravegar, hingga senior-senior Paskibra yang tidak suka dengan Ravispa dan menganggap mereka sebagai anak-anak dengan kehidupan tidak normal.
Sayangnya konstruksi motif ketidakharmonisan mereka tidak begitu dibangun dengan kuat, sehingga perseteruan mereka seolah hanya syarat konflik saja. Padahal, isu seperti ini sangat lekat di tengah-tengah kita, dimana harga diri suatu kelompok seringkali sangat diutamakan.
Film Galaksi pun terperangkap ke dalam formula generik layaknya film-film remaja pop lainnya, terutama dalam hal hubungan siswi baik-baik dengan siswa yang dianggap badung. Tapi untungnya masih ada hal-hal yang istimewa dalam film ini, salah satunya pergerakan kamera yang dinamis.
Misalnya, sewaktu Galaksi dan Kejora dikejar-kejar di sebuah rumah susun. Kamera tersebut dengan luwes bisa bergerak dari bawah ke atas menangkap langkah-langkah yang diburu. Membuat adegan-adegan ini tentu sangat rumit. Untuk chemistry Bryan Domani & Mawar de Jongh mah tidak usah diragukan lagi lah ya.
Film Galaksi tayang di bioskop mulai Kamis, 24 Agustus 2023.

Tinggal di Planet Bekasi!