FINAL DESTINATION BLOODLINES (2025) – LARI DARI TAKDIR ATAU MATI SECARA TRAGIS

25 tahun yang lalu, Final Destination memodifikasi dengan menjadikan “kematian” selaku antagonis, alih-alih memakai pembunuh bertopeng atau monster sebagai medium guna mencabut nyawa. Sekarang melalui Final Destination Bloodlines seakan-akan cerita ini di restart kembali dari awal dengan ide yang lebih fresh.

Final Destination Bloodlines masih mengikuti formula film-film sebelumnya. Dari seseorang yang mendapatkan penglihatan dari masa depan bahwa akan ada sebuah kecelakaan yang terjadi di sebuah restoran dan dia berusaha menyelamatkan semua orang.

SINOPSIS

Film ini membuka dengan latar waktu di era 70-an atau 80-an. Sebuah prolog yang terasa seperti pembuka buku mitos tentang bagaimana sistem “kematian” dalam dunia Final Destination bekerja. Seperti biasa, dimulai dengan kejadian mengerikan—yang ternyata hanya mimpi buruk. Atau… mungkin bukan?

Tokoh utamanya kali ini adalah Stefani Lewis (Kaitlyn Santa Juana) yang tidak bisa hidup tenang ketika setiap malam ia mendapatkan mimpi yang sama: neneknya yang meninggal dunia di sebuah kecelakaan di restoran.

Stefani memutuskan untuk pulang ke rumah demi mencari kebenaran. Sang nenek yang ada di dalam mimpinya, Iris (Gabrielle Rose), ternyata berubah menjadi sosok yang paranoid semenjak kejadian di restoran tersebut.

Pada tahun 1968, Iris (Brec Bassinger) dan kekasihnya, Paul (Max Lloyd-Jones), terjebak dalam kecelakaan mematikan di atas menara pencakar langit. Alih-alih hanya firasat yang Iris dapatkan sebagaimana adegan pembuka film-film sebelumnya, tragedi tersebut adalah mimpi buruk yang selama dua bulan terakhir dialami Stefani (Kaitlyn Santa Juana). Barulah Stefani sadar bahwa gadis dalam mimpinya adalah sang nenek (Gabrielle Rose) yang kini hidup sendirian mengasingkan diri dan dianggap gila oleh keluarganya.

Selama puluhan tahun, Iris menghindari mempelajari pola dan taktik sang maut untuk menghindari kejarannya. Iris percaya bahwa ia semestinya tewas dalam peristiwa tahun 1968, yang berarti seluruh keturunannya pun tidak semestinya eksis, dan kematian berusaha mencabut nyawa mereka semua. Ingat, kematian amat benci bila suratan takdirnya dicurangi.

REVIEW

Karakter Final Destination Bloodlines kini ada Charlie (Teo Briones), adik dari Stefani, lalu tiga sepupu mereka, Erik (Richard Harmon), Bobby (Owen Patrick Joyner), dan Julia (Anna Lore). Stefani nantinya pun mesti menyelamatkan beberapa orang dewasa, dari pamannya, Howard (Alex Zahara), lalu sang ibu, Darlene (Rya Kihlstedt), yang muncul kembali setelah lama pergi dari kehidupannya.

Skenario yang ditulis oleh Guy Busick dan Lori Evans Taylor sebenarnya masih menggunakan formula yang sama dengan film-film sebelumnya. Karena berhubungan dengan keluarga, motivasi setiap karakter menjadi mempunyai ikatan yang kuat untuk saling menyelematkan satu sama lain walaupun sebenarnya cukup terlambat.

Sutradara Zach Lipovsky dan Adam B Stein, yang tampil dalam film fiksi ilmiah beranggaran rendah yang inventif berjudul Freaks, membuat film ini lebih berkelas sambil menolak untuk membiarkan film mereka terlalu serius.

Deretan kematian-kematian para karakternya dieksekusi dengan secara brutal. Mungkin tak ada yang bakal memorable seperti adegan jalan tol di Final Destination 2, namun tiap nyawa yang terenggut dieksekusi dengan sadis tanpa ampun dari dua sutradaranya, Zach Lipovsky dan Adam B Stein.

Selain itu proses menebak-nebak yang seru buat mencari tahu dari mana datangnya maut terasa menyenangkan, dan juga semakin rumit. Filmnya sendiri justru menghadirkan lebih banyak komedi, seiring pendekatannya yang cenderung self-aware. Daripada menutupi, Bloodlines justru merangkul berbagai kekonyolan khas Final Destination. Buat karakter-karakternya selain Stefani sendiri, orang-orang di Bloodlines tampak tidak melakukan banyak hal selain terbunuh dengan cara-cara yang bodoh dan tidak terduga.

Sungguh mengharukan melihat ikon horor Tony Todd, yang sebenarnya merupakan bagian kecil dari filmnya namun penting dalam rangkaian film Final Destination diberikan perpisahan yang begitu keren dan mengharukan dalam salah satu peran terakhirnya sebelum kematiannya di dunia nyata.

Final Destination Bloodlines adalah film brutal sekaligus sadis, “permainan” menebak-nebak buat menghindari kematian akan membuat penonton tidak nyaman dan gelisah. Seru sekaligus bikin gregetan. Dengan konsep teror yang menyegarkan ini sudah tentu kita tinggal menunggu film ke-7 dari franchise film Final Destination.

Final Destination Bloodlines tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu, 14 Mei 2025. Buat informasi tambahan, film ini tidak terdapat credit scene.

Share