Saat ini, minat rakyat Indonesia terhadap film lokal makin bervariasi. Tidak hanya menjunjung satu genre, tapi juga memberi kesempatan bagi genre-genre lain untuk menunjukkan prestasi. Satu film yang meramaikan ragam pilihan tersebut adalah Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian, sebuah genre yang belum tentu setahun sekali hadir di bioskop, karena selain memerlukan cerita yang patut didiskusikan, juga menitikberatkan pada teknis yang tidak main-main.
Rahabi Mandra kembali hadir sebagai filmmaker yang membawa genre drama-history-war lagi ke layar bioskop. Setelah sukses dengan Kadet 1947 (2021), kali ini – bersama Arwin Wardhana – ia membawa kisah di balik sebuah operasi bersejarah di tahun 1970-an lewat film Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian. Sebagai cerita pertempuran, perburuan, dan penyelamatan, film ini membawa ketegangan lewat skala produksi yang jeli dan performa para pemainnya yang patut diapresiasi.
Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian mengikuti kehidupan Agus (Ajil Ditto) dan hubungannya dengan sang Ayah (Wafda Saifan) yang merupakan seorang veteran prajurit. Agus tumbuh sebagai pemuda yang mencari jati diri, sekolah yang kurang terurus, berkelahi, dan bermain musik. Ketika ayahnya meninggal, Agus merasakan kehilangan yang sangat. Ia pun mengikuti langkah sang Ayang menjadi prajurit dan berusaha menapaki jejaknya di tempat-tempat berbahaya dan menemukan jawaban atas semua pertanyaan.
Kita mengenal Ajil Ditto lewat film-film drama, komedi romantis, dan horor, di mana ia memerankan karakter-karakter “aman”. Di dalam Believe: The Ultimate Battle, Ajil keluar dari zona nyamannya tersebut dan bertransformasi menjadi aktor yang patut di perhitungkan. Sosok seorang prajurit, anak, sekaligus suami merasuk dalam sosok Agus yang diperankannya dengan baik. Kita bisa melihat usahanya secara fisik dan emosi.
Desain produksi dan efek visual di film ini pun digarap dengan serius. Sejak momen awal, ketika para prajurit ada di dalam pesawat, bersiap untuk terjun, lalu melayang-layang dengan parasut sementara peluru menghantam dan menghujani, ketegangan demi ketegangan pun disajikan lewat visual yang cukup meyakinkan. Begitupun usaha perburuan dan penyergapan yang dilakukan di hutan, hingga tembakan dan ledakan-ledakan yang menghentak. Semua terlihat dikerjakan dengan segala perhitungan. Selain itu, beberapa pertempuran juga dilakukan dengan koreografi aksi yang detil.
Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian tidak melulu menampilkan arena perjuangan, tapi juga sisi emosional hubungan ayah dan anak, serta suami dengan istrinya. Di balik karirnya sebagai prajurit, kita juga mengikuti perjalanan Agus yang berusaha mengartikan apa yang dilakukan ayahnya selama ini, kenapa ia jarang pulang ke rumah, kenapa ada cerita-cerita yang dipendam olehnya. Sampai Agus sendiri menemukan semua jawaban lewat berbagai rintangan yang ia hadapi.
Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian tidak hanya film yang hanya ditonton belaka sebagai hiburan. Tapi isi film ini, baik secara aksi maupun emosi, bisa menjadi bahan untuk membuka diskusi.
Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian tayang di bioskop mulai Kamis, 24 Juli 2025.

Tinggal di Planet Bekasi!