SLEEP CALL (2023) – KUMPULAN SKETSA KEHIDUPAN URBAN

Kerasnya kehidupan perkotaan membawa Dina (Laura Basuki) hanyut pada jam-jam Sleep Call yang memberinya ruang untuk mencurahkan segala macam permasalahannya. Ketika alarm berbunyi di jam sepuluh malam, Rama (Bio One) sebagai teman Sleep Call-annya Dina pun seolah selalu ada dan memberikan solusi yang dibutuhkan Dina. Rama menjelma ada di segala penjuru pandangan Dina. Bukan cuma suara yang menitipkan kata-kata.

Tapi dunia Sleep Call hanyalah sebuah gawai dengan waktu terbatas, terbentur alarm dunia nyata yang meneriakkan bermacam tekanan. Dina pun bangkit dari tidurnya. Menunggu commuterline. Berjejalan di dalam kereta. Menaiki tangga darurat ketika lift rusak. Lalu bagaimana Dina bertahan, sementara dalam pekerjaannya senyum dan amarah juga punya syarat dan ketentuan?

Dengan mengikuti kehidupan Dina yang bekerja di kantor pinjol, kita juga dipertemukan dengan beragam warga urban dengan permasalahan yang mereka gendong masing-masing. Banyaknya isu orang perkotaan yang diangkat membuat film Sleep Call terasa kumpulan sketsa yang merinci persoalan-persoalan manusia modern di tiap kisahnya. Beberapa momen pun terasa lucu layaknya sketsa tawa yang dulu pernah laris di TV, cuma kali ini lebih kelam. Ada permasalahan gali lobang tutup lobang hutang, pembagian tugas mengurus anak, keyakinan yang hanya tempelan, hingga perbenturan kelas antara pekerja dan pemilik kuasa. Menonton Sleep Call tidak hanya menyaksikan jungkir baliknya suatu karakter, tapi juga melihat kembali kisah-kisah tempelan yang ternyata dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Kekuatan film ini tentu ada pada penampilan Laura Basuki yang bisa menunjukkan rumitnya kehidupan Dina yang kesepian dan penuh tekanan. Diam, senyum, marah, dan tangisannya adalah satu kesatuan magnet yang tidak bisa dihindari kekuatannya. Memiliki Laura Basuki sebagai bintang utama menjadi nilai yang tidak bisa ditawar lagi.

Film ini juga memiliki plot non-linear yang cukup unik. Karena penggunaaan sempalan berupa sketsa-sketsa urban, diputarbalikkan seperti apapun alurnya jadi tidak masalah. Walaupun ada hal yang janggal terhadap satu keputusan Dina. Mungkin karena permainan plot ini. Cukup mengganggu. Ingin dilupakan tapi terus teringat. Jadi biarlah menjadi sisi ketidaksempurnaan film ini.

Isu kesehatan mental dengan representasi sisi kelam suatu karakter telah bertebaran di banyak cerita. Paling tidak bertambah lagi satu film bagi peneliti sebagai bahan analisa wacana.

Share