Dari judulnya saja, Hypnotic, kurang lebih kita bisa berspekulasi kalau film ini terkait dengan kondisi mental seseorang, imajinasi hingga berbagai sugesti. Rasanya tidak begitu kreatif dalam pemilihan judul. Tapi satu kata tersebut cukup merepresentasikan inti film dimana keahlian hipnotis seseorang dipergunakan sedemikian rupa untuk keuntungan pribadi atau kelompok, tak peduli dengan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.
Sejak awal kita diperkenalkan dengan Danny Rourke (Ben Affleck), seorang polisi yang berada dalam sebuah sesi terapi dan mengingat kembali momen dimana ia kehilangan putrinya. Tidak ada petunjuk sama sekali tentang kondisi putrinya tersebut. Apakah masih hidup atau sudah tidak ada. Hingga Danny ikut serta dalam pengawasan suatu bank. Ada laporan akan terjadinya perampokan.
Tanpa ba bi bu, betul saja, seorang lelaki mencurigakan melakukan sebuah praktek yang menghasilkan kekacauan. Lelaki tersebut terlihat mampu mempengaruhi orang-orang dan membuat mereka hilang sadar dan menjadi boneka-boneka yang mudah dikendalikan. Tentu saja, orang-orang yang dikendalikan tersebut dimanfaatkan untuk membantu si lelaki, Dellrayne (William Fichtner), melancarkan usahanya. Danny menyadari rencana tersebut. Ia pun menemukan kalau perampokan bank ini terkait dengan putrinya yang hilang. Dellrayne menghalanginya dengan bermacam sugesti. Danny pun berusaha melakukan beragam taktik untuk menghadapi si ahli hipnotis ini.
Dari judul hingga momen-momen awal film, kita seolah diberikan sugesti untuk menebak arah film. Apakah ini hanya sekedar film heist dengan keahlian hipnotis si pelaku, dimana para penegak hukum harus berjibaku melawannya dengan kondisi mental yang sadar? Ataukah semua berkaitan dengan kondisi imajinatif karakter-karakter tertentu, sementara aksi perampokan hanya bingkai belaka?
Penonton pun tenggelam dalam beragam sugesti dan digiring ke dalam berbagai pengungkapan yang kadang terkesan biasa, namun ada beberapa momen yang rasanya di luar dugaan. Twist berlapis dari hasil tak tik para karakter ini menjadi kekuatan film. Walaupun bukan jaminan dalam membangun keseluruhan cerita. Tapi dikejutkan dengan hal-hal yang tidak diperkirakan membuat film terasa lebih menyenangkan. Walau disayangkan, chemistry Ben Affleck dengan Alice Braga terasa agak hambar.
Hal yang disayangkan lainnya adalah scoring yang monoton dari awal hingga akhir. Latar musik yang dimaksudkan membangun tensi dan ketegangan tersebut terasa kurang variatif dan ditempelkan sekenanya dalam plot film. Ada yang berhasil ada yang rasanya tidak perlu. Beberapa visual film ini juga mengingatkan pada salah satu film Christopher Nolan yang harusnya bisa mendukung daya imajinatif peran hipnotis. Namun harusnya bisa dibuat dengan rapi, terutama terkait dengan efek visual.
Secara keseluruhan, Hypnotic tentu layak untuk disimak, apalagi bagi pecinta film yang suka dengan alur yang memberi ruang untuk tebak-menebak, ditambah para karakter yang tak segan untuk tembak-menembak.
Hypnotic tayang di Cinema XXI mulai bulan Juni 2023.
<!– Google tag (gtag.js) –> <script async src=”https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=G-5CZRVCRD6K”></script> <script> window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag(‘js’, new Date()); gtag(‘config’, ‘G-5CZRVCRD6K’); </script>

Tinggal di Planet Bekasi!