FIVE NIGHTS AT FREDDY’S (2023) – MARI BERKUNJUNG KE FREDDY FAZBEAR’S DAN BERTEMU FREDDY FAZBEAR, BONNIE, CHICA, DAN FOXY

Kita biasa menonton boneka-boneka kecil yang sadis dalam film horor. Boneka-boneka yang nampak jadi hiburan buat anak-anak, tapi di balik itu tersimpan jiwa yang haus akan darah manusia.

Bagaimana kalau bonekanya besar, memiliki rangka besi, dengan langkah kaki yang berdegup sangat berat. Tubuh manusia akan gampang hancur jika diinjak mereka. Mari berkunjung ke Freddy Fazbear’s Pizza malam hari dan bertemu dengan Freddy Fazbear, Bonnie, Chica, dan Foxy – kelompok boneka animatronik dalam film Five Nights at Freddy’s arahan Emma Tammi. Sejenak mereka ini terlihat seperti sebuah band lucu dan menggemaskan. Namun jangan sampai mereka membuka anggota tubuh mereka dan mengeluarkan sesuatu yang super tajam.

Film ini merupakan adaptasi dari video game franchise yang ikonik, dimana sang kreator sendiri, Scott Cawthon bertindak sebagai penulis naskah bersama Seth Cuddeback dan Emma Tammi. Selain itu, para maskot franchise ini juga muncul dalam media lain, seperti novel, komik, serial antologi, dan tentunya berbagai merchandise.

REVIEW

Jika dibandingkan dengan premis video game-nya, maka film panjang buatan Blumhouse Productions ini masih setia dengan premis tersebut, dimana seorang satpam menjadi tokoh utamanya. Cuma untuk menambah sisi dramatis sebuah film, tokoh utama ini diberikan konflik internal dan eksternal. Si tokoh utama ini, Mike (Josh Hutcherson) kerap memiliki mimpi yang sama terkait rasa bersalahnya di masa lampau. Ia ingin mendapat jawaban terhadap insiden lama tersebut. Sementara ia juga harus membuktikan kalau ia bisa menjadi wali yang baik untuk adik kecilnya, Abby. Agar dapat mengurus Abby, ia harus memiliki pekerjaan. Sementara ia baru saja terkena kasus yang mengancam karirnya ke depan. Oleh karena itu, ia menerima pekerjaan apa saja, antara lain menjadi satpam di sebuah tempat hiburan anak-anak yang terbengkalai. Di tempat inilah Mike bertemu dengan Freddy dan gengnya.

Di bagian awal, film berkutat pada Mike yang berjibaku dengan masalahnya. Sisi dramatis sangat tebal disini untuk memperkenalkan latar belakang dan motivasi si tokoh utama, sekaligus mengundang simpati penonton. Namun rasanya bagian awal ini terlalu bertele-tele, hingga untuk bertemu para animatronik sadis ini butuh waktu yang lama. Tapi sebetulnya, bagian tersebut menjadi pembeda film horor ini dengan film horor lainnya yang kadang bertumpu pada siapa selanjutnya yang jadi korban.

Sebagai film yang dibanderol 13+, adegan-adegan pembunuhan dalam Five Nights at Freddy’s bisa dikatakan cukup ramah. Kita dibuat ngeri dengan bagian-bagian tajam dari para animatronik yang bisa dengan mudah memotong-motong tubuh manusia. Namun ketika hal itu terjadi, yang tertinggal adalah impresi kita. Keramahan ini malah meneror pikiran kita, bagaimana orang-orang malang itu diperlakukan oleh Freddy Fazbear, Bonnie, Chica, dan Foxy. Pikiran liar kita bisa saja membayangkan sesuatu yang lebih sadis. Beberapa mesin akan mengingatkan kita pada salah satu jebakan Jigsaw.

Five Nights at Freddy’s tayang di bioskop Indonesai mulai Rabu, 25 Oktober 2023.

Share